Pertobatan yang disertai dengan Sikap hati yang
sungguh-sungguh
(Yesaya
1:10-20)
Setelah
mengkritik praktek pelaksanaan ibadat Israel, Yesaya juga menyerukan apa yang
semestinya dilakukan oleh orang Israel. Yesaya menyerukan pertobatan bagi
Israel, berbalik dari kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan dan membersihkan
diri dari dosa (ayat 16). Selain itu pertobatan mesti juga disertai dengan
tindakan moral yang baik, yaitu melakukan perbuatan yang baik dengan
memperjuangan keadilan sosial, dan memberi perhatian kepada kaum marginal (ayat
17). Dan Tuhan memberikan jaminan pengampunan dan penghapusan dosa kita yang
mempercayakan hidup kita seutuhnya kepada Tuhan dan seberat apapun dosa kita pasti Tuhan akan mengampuni bagi kita yang mau
bertobat sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Bukan saja Yesaya menyerukan hal
pertobatan tapi nabi Amos juga (Am 5:24) dan Mikha (6:8), Yesaya juga
mengkontraskan antara praktek ibadat orang Israel dengan keadilan dan kebenaran dalam kehidupan
bangsa itu sendiri. Membasuh tangan yang berdarah adalah sebuah tindakan
simbolik menyucikan diri secara moral dan kedalaman batin. Namun, Pertobatan itu tidak hanya sebuah
tindakan formalitas atau simbolik semata. Pertobatan itu harus dibuktikan
dengan menjauhi segala yang jahat dalam tindakan yang berhubungan dengan
lingkungan sosial dan hubungan-hubungan politis masyarakat. Tindakan konkret
itu secara khusus berupa tindakan moral bagi kaum tertindas, termasuk di antaranya para
yatim dan janda-janda, bagian dari mereka yang kurang mampu dalam masyarakat
Israel pada saat itu. Yesaya melihat betapa hancurnya keadilan (sisi sosial)
dan kebenaran (sisi moral) yang ditinggalkan oleh bangsa Israel. Penindasan
yang dilakukan oleh para penguasa negeri, diabaikannya masalah-masalah sosial
seperti ketidakadilan dan kemiskinan, menjadi keprihatinan mendalam bagi
Yesaya. Dalam kitab hukum Taurat, dosa ketidakadilan atau penindasan terhadap
orang yatim dan para janda merupakan dosa yang berat, sehingga Tuhan menimpakan
murka yang hebat bagi yang berbuat demikian (bdk. Kel 22:22-24). Masalah yang
digambarkan oleh Yesaya ini juga terjadi di bangsa kita dan di gereja
juga,,karena itu Yesaya bukan saja menyeruhkan pertobatan bagi bangsa Israel
tapi juga bagi kita di Zaman ini juga.....pertobatan harus disertai dengan
sikap yang sungguh lahir dari dalam hati kita bukan saya keluar dari mulut kita
semata.
Bukan saja Yesaya
menyeruhkan pertobatan tapi juga menyeruhkan tentang kekudusan hidup melalui
pertobatan yang sungguh-sungguh. “Kuduslah kamu, sebab aku Tuhan Allahmu kudus”
(bdk. Kel 19:5-6; Im 19: 2; 20: 7.26). Untuk dapat hidup kudus, Tuhan
memberikan petunjuk dan aturan dalam Hukum Taurat. Namun yang menarik adalah,
bahwa panggilan kekudusan itu, tidak hanya semata-mata ditempuh dengan hidup
yang bebas dari kenajisan, melaksanakan ibadat , atau mempersembahkan kurban,
namun mencakup keseluruhan aspek kehidupan kita. Kekudusan juga terungkap dalam
perkawinan, dalam tindakan terhadap sesama dan harta miliknya, terutama
terhadap kaum miskin dan orang asing yang tinggal di antara mereka. Yesaya
dipanggil untuk mengingatkan akan Keseimbangan antara Iman dan tindakan moral
menjadi tekanan bagi Nubuat Yesaya. Untuk hidup Kudus maka, bangsa Israel tidak
hanya dituntut untuk taat dan patuh menjalankan ungkapan iman yang dilakukan
melalui peraturan ibadat dan ritual kurban, tapi terutama dengan memenuhi
hukum-hukum yang lebih utama, yaitu perwujudan iman yang jelas dalam tindakan
moral dan tindakan etis hidup sehari-hari. Caranya, menghindari
perbuatan-perbuatan yang jahat, antara lain berkaitan dengan penindasan
terhadap kaum yang lemah, yang rentan menjadi korban penindasan, seperti para
janda, yatim piatu, orang miskin dan orang lemah...
Nah..renungan
kita hari meningatkan bahwa ibadah yang benar yaitu ibadah yang di sertai
dengan pertobatan yang sungguh-sungguh di hadapan Allah dengan penuh ketaatan
kepadaNya..melalui refleksi iman yang benar di hadapan Allah. Amin......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar