SYALOM

SYALOM..KARENA BAGIKU HIDUP ADALAH KRISTUS DAN MATI ADALAH KEUNTUNGAN (FILIPI. 1:21)

Sabtu, 02 November 2013

BEKERJASAMA DENGAN ALLAH UNTUK MENDATANGKAN BERKAT

BEKERJASAMA DENGAN ALLAH UNTUK MENDATANGKAN BERKAT (Minggu, 03 Nopember 2013)
Mazmur 127:1-5

Gedung S.C. Johnson & Son di Racine, Wisconsin, disebut sebagai "arsitektur termegah abad-20 di Amerika." "Ruang Kerja Agung" seluas setengah hektar dalam gedung itu mempunyai langit-langit tiga tingkat beratap kaca yang memantulkan permainan cahaya dan bayangan yang indah. Meskipun dimasukkan dalam Daftar Nasional Bangunan Bersejarah, sebenarnya Gedung Johnson itu merupakan tempat kerja yang jauh dari ideal. Pipa-pipa kaca yang menghasilkan cahaya yang menakjubkan itu juga berfungsi sebagai perangkap tikus yang tidak diharapkan. Ruang Kerja Agung itu sangat besar dan tinggi sehingga para pekerja masih dapat mendengar semua percakapan dari jarak kurang lebih 30 meter. Air merembes melalui atap datar yang luas, dan embun menetes dari pipa-pipa kaca.

Saudara, dalam hidup ini, tidak jarang kita merencanakan untuk membangun semacam “rumah kehidupan”. Membangun "rumah kehidupan" yang hebat menurut rencana kita. Namun betapa sering pula bangunan tersebut tak dapat diselesaikan, atau selesai juga tapi akhirnya runtuh. Keegoisan kita membuat lubang-lubang besar yang dapat digunakan sebagai pintu masuk bagi musuh kehidupan. Hal itu dapat terjadi dalam hidup kita bila kita membangunnya menurut ide-ide kita sendiri, bukan berdasarkan Firman Allah. Tentu banyak hal yang boleh kita rencanakan dalam kehidupan. Rencana untuk membangun rumah, masa depan anak-anak, pernikahan, studi, pekerjaan, dst. Namun semua itu sering tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kenapa? Karena kita lupa, seolah-olah kita sanggup melaksanakan apa yang kita rencanakan. Kita lupa bahwa tanpa penyertaan dan berkat Tuhan sesuatunya hanya akan sia-sia (ay.1-2).

Mazmur 127 disebut juga sebagai nyanyian ziarah, "Songs of Ascents" (yaitu "Nyanyian Pendakian" atau anak-anak tangga). Disebut demikian karena Mazmur ini biasanya dinyanyikan orang Yahudi bersama-sama manakala mereka "naik" ke Yerusalem sebagai peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka. Isinya menyangkut pernyataan iman dan pujian yang diilhamkan Roh, berisi ungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah. Ya, pernyataan keyakinan bahwa hanya Allah saja sumber segala berkat dan kasih karunia.

Pemazmur di sini mengajak umat untuk meyakini bahwa segala daya upaya dan jerih payah manusia adalah sia-sia belaka jika tidak disertai dan diberkati oleh Tuhan. Sebaliknya, segala anugerah dan berkat bagi orang benar datang dari Tuhan sumber segala kasih karunia. Sebagai umat Tuhan tentu kita semua rindu untuk diberkati oleh Tuhan. Diberkati dalam rumah tangga, study, pekerjaan, jodoh, bisnis, dlsb. Kesadaran bahwa Tuhan saja satu-satunya yang berkuasa, seharusnya membuat kita hanya mencari Tuhan disaat kita membutuhkan pertolongan. Tanpa pertolongan dan berkat Tuhan maka “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi ..., dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (ay.2).

Berkat Tuhan didapat tentu bukanlah tanpa usaha dan kerja keras. Demikian pun ketika kita menghadapi berbagai goncangan kehidupan. Tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri. Atau hanya mengandalkan harta kekayaan semata. Juga hanya dengan kecerdasan saja! Tetapi dengan persiapan yang matang, mengutamakan penyertaan Tuhan, hingga kita beroleh kekuatan kala masalah atau badai kehidupan datang menerpa. Tuhan saja satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita, karena hanya Dia yang mengasihi kita. Tuhan saja sumber pertolongan yang sejati bila kita bergantung kepada Dia. Karena itu, berjuang, bekerja keras, dan berharaplah pada pertolongan Tuhan senantiasa, supaya segala rencana kita diberkati-Nya. Amin!

________________

* Telah dimuat di Koran Harian TABENGAN, edisi Sabtu, 02 Nopember 2013.
BEKERJASAMA DENGAN ALLAH UNTUK MENDATANGKAN BERKAT (Minggu, 03 Nopember 2013)

Mazmur 127:1-5

Gedung S.C. Johnson & Son di Racine, Wisconsin, disebut sebagai "arsitektur termegah abad-20 di Amerika." "Ruang Kerja Agung" seluas setengah hektar dalam gedung itu mempunyai langit-langit tiga tingkat beratap kaca yang memantulkan permainan cahaya dan bayangan yang indah. Meskipun dimasukkan dalam Daftar Nasional Bangunan Bersejarah, sebenarnya Gedung Johnson itu merupakan tempat kerja yang jauh dari ideal. Pipa-pipa kaca yang menghasilkan cahaya yang menakjubkan itu juga berfungsi sebagai perangkap tikus yang tidak diharapkan. Ruang Kerja Agung itu sangat besar dan tinggi sehingga para pekerja masih dapat mendengar semua percakapan dari jarak kurang lebih 30 meter. Air merembes melalui atap datar yang luas, dan embun menetes dari pipa-pipa kaca.

Saudara, dalam hidup ini, tidak jarang kita merencanakan untuk membangun semacam “rumah kehidupan”. Membangun "rumah kehidupan" yang hebat menurut rencana kita. Namun betapa sering pula bangunan tersebut tak dapat diselesaikan, atau selesai juga tapi akhirnya runtuh. Keegoisan kita membuat lubang-lubang besar yang dapat digunakan sebagai pintu masuk bagi musuh kehidupan. Hal itu dapat terjadi dalam hidup kita bila kita membangunnya menurut ide-ide kita sendiri, bukan berdasarkan Firman Allah. Tentu banyak hal yang boleh kita rencanakan dalam kehidupan. Rencana untuk membangun rumah, masa depan anak-anak, pernikahan, studi, pekerjaan, dst. Namun semua itu sering tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kenapa? Karena kita lupa, seolah-olah kita sanggup melaksanakan apa yang kita rencanakan. Kita lupa bahwa tanpa penyertaan dan berkat Tuhan sesuatunya hanya akan sia-sia (ay.1-2).

Mazmur 127 disebut juga sebagai nyanyian ziarah, "Songs of Ascents" (yaitu "Nyanyian Pendakian" atau anak-anak tangga). Disebut demikian karena Mazmur ini biasanya dinyanyikan orang Yahudi bersama-sama manakala mereka "naik" ke Yerusalem sebagai peziarah untuk merayakan hari raya kudus mereka. Isinya menyangkut pernyataan iman dan pujian yang diilhamkan Roh, berisi ungkapkan perasaan mendalam hati sanubari manusia dalam hubungan dengan Allah. Ya, pernyataan keyakinan bahwa hanya Allah saja sumber segala berkat dan kasih karunia.

Pemazmur di sini mengajak umat untuk meyakini bahwa segala daya upaya dan jerih payah manusia adalah sia-sia belaka jika tidak disertai dan diberkati oleh Tuhan. Sebaliknya, segala anugerah dan berkat bagi orang benar datang dari Tuhan sumber segala kasih karunia. Sebagai umat Tuhan tentu kita semua rindu untuk diberkati oleh Tuhan. Diberkati dalam rumah tangga, study, pekerjaan, jodoh, bisnis, dlsb. Kesadaran bahwa Tuhan saja satu-satunya yang berkuasa, seharusnya membuat kita hanya mencari Tuhan disaat kita membutuhkan pertolongan. Tanpa pertolongan dan berkat Tuhan maka “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi ..., dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah, sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (ay.2).

Berkat Tuhan didapat tentu bukanlah tanpa usaha dan kerja keras. Demikian pun ketika kita menghadapi berbagai goncangan kehidupan. Tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan kita sendiri. Atau hanya mengandalkan harta kekayaan semata. Juga hanya dengan kecerdasan saja! Tetapi dengan persiapan yang matang, mengutamakan penyertaan Tuhan, hingga kita beroleh kekuatan kala masalah atau badai kehidupan datang menerpa. Tuhan saja satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita, karena hanya Dia yang mengasihi kita. Tuhan saja sumber pertolongan yang sejati bila kita bergantung kepada Dia. Karena itu, berjuang, bekerja keras, dan berharaplah pada pertolongan Tuhan senantiasa, supaya segala rencana kita diberkati-Nya. Amin!

________________

* Telah dimuat di Koran Harian TABENGAN, edisi Sabtu, 02 Nopember 2013.

Jumat, 01 November 2013

MENGHORMATI KEKUDUSAN PERKAWINAN

MENGHORMATI KEKUDUSAN PERKAWINAN (Sabtu, 02 November 2013)

Amsal 5:1-23

Secara prinsip, Amsal pasal 5 berisi tentang nasihat untuk menghindari perzinahan. Hal ini diungkapkan oleh penulis kitab Amsal dengan mengatakan untuk meminum air dari cadangan air dan sumur sendiri. Dalam kehidupan perkawinan yang suci, kita tidak boleh untuk meminum air dari sumur orang lain – yaitu istri orang lain atau wanita lain – selain dari istri sendiri yang terikat dalam perkawinan yang sah. Pengertian ini diperkuat dengan ayat 18, yang mengatakan “Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu.”

Kasih persekutuan antara suami istri dalam ikatan pernikahan suci sifatnya. Pribadi sekali. Sehingga tidak bisa melibatkan pihak ketiga. Kesatuan jasmani antara keduanya harus menghantar kepada persatuan rohani yang tak terceraikan. Persatuan yang melibatkan penyerahan diri yang total antara suami dan istri ini, citra penciptaan kehidupan baru. Kasih yang lengkap inilah yang menjadi gambaran dari kasih Allah sendiri. Kasih suami istri harus menggambarkan kasih Allah itu sendiri, maka tanpa kesatuan rohani antara suami istri, akan sulitlah bagi mereka untuk terus bertahan di dalam kesatuan perkawinan. Karena tanpa kesatuan rohani, baik suami ataupun istri akan menimbulkan ketidakcocokan dalam berbagai segi dalam kehidupan.

Perintah keenam dan Perjanjian Baru secara absolut melarang perzinahan (Bdk. Mat 5:32; 19:6; Mrk 10:11; 1 Kor 6:9-10). Para nabi mengritiknya sebagai pelanggaran yang berat. Mereka memandang perzinahan sebagai gambaran penyembahan berhala yang berdosa (Bdk.Hos. 2:7; Yer. 5:7; 13:27). Perzinahan adalah suatu bentuk ketidaksetiaan kepada kewajiban-kewajiban. Perzinahan menodai ikatan perkawinan yang adalah tanda perjanjian; ia juga menodai hak dari pihak yang menikah dengannya dan merusakkan lembaga perkawinan, dengan tidak memenuhi perjanjian, yang adalah dasarnya.

Perzinahan bertentangan dengan persekutuan perkawinan yang direncanakan Allah. Tindakan ini berarti juga merendahkan martabat perkawinan, karena mereka merusak konsep keluarga, melemahkan nilai kesetiaan, dan dengan demikian melawan hukum moral. Termasuk di sini adalah tindakan mempunyai ‘simpanan’, menolak ikatan perkawinan yang syah menurut hokum yang berlaku, khususnya hokum Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan, kita perlu mempunyai kesadaran akan makna yang luhur tentang soal perkawinan. Tempat tidur adalah sebuah tempat yang kudus: “holy ground“, karena di sanalah secara khusus persatuan mereka sebagai suami istri diperbaharui, secara jasmani dan rohani. “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur…..” (Ibr. 13:4). Amin!

(Pdt.Kristinus Unting)

PERUMPAMAAN TENTANG ANAK YANG HILANG

PERUMPAMAAN TENTANG ANAK YANG HILANG
Oleh: Pdt. Kristinus Unting, M.Div.

Lukas 15:11-32

Perumpamaan “anak yang hilang” adalah satu kisah sangat terkenal dari Alkitab. Biasanya yang menjadi fokus adalah si anak bungsu. Ia menuntut harta warisan bagiannya, pergi dari rumahnya, menghamburkan harta miliknya, jatuh miskin, menyadari dan menyesali perbuatannya, lalu kembali ke rumah ayahnya. Itu adalah gambaran yang dekat dengan kita. Kita terjerumus ke dalam dosa, lalu bertobat, dan mendapat pengasihan Bapa Sorgawi. Sadar atau tidak, bukankah kehidupan nyata kita juga tidak ubahnya seperti anak bungsu dalam perumpamaan ini? Kita datang kepada Allah dalam segala doa dan permohonan, dalam berbagai bentuk tuntutan kita kepada-Nya, layaknya si anak bungsu berkata, “Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.” (ay.11).

Lalu bagaimana setelah berbagai “hak” kita diberikan oleh Allah? Sembuh dari sakit, lulus test, naik pangkat, kedudukan, dan berbagai kelimpahan berkat? Oh, tidak jarang kita menjadi terlalu sibuk menghamburkan waktu dan talenta yang kita punya seolah-olah itulah sekarang yang menjadi “tuhan” kita! Terkadang kita malah jadi lupa pintu gereja jadinya! Si “anak bungsu” di jaman modern sekarang terkadang lebih rela menghabiskan biaya berjuta-juta di meja judi, atau menyogok segala macam, tetapi tidak di kantong-kantong persembahan. Atau malah merusak diri dalam berbagai bentuk kejahatan moral yang berujung pada kisah akhir hidup memilukan!

Namun, sebetulnya sosok si anak sulung pun tidak kurang jauh dari gambaran kita. Bahkan, mungin kita lebih kerap seperti itu. Kita memang tidak sampai “terhilang”; kita tetap ke gereja, aktif dalam pelayanan, pendeknya kita adalah orang baik-baik, tidak pernah terjerumus dalam “kemabukan duniawi”. Tetapi, kita hidup dalam ketidaktulusan! Kita melakukan semua kebaikan itu dengan pamrih memperoleh “upah”. Sebab kita merasa lebih layak, lebih baik. Diam-diam kita telah menjadi hakim atas sesama kita. Bahkan tidak jarang, berbagai intrik busuk dilakukan untuk menjatuhkan orang.

Kathleen Norris, dalam The Cloister Walk, bercerita tentang pengalamannya bergereja. Suatu ketika ia ditanyai oleh seorang mahasiswa, mengapa ia terus pergi ke gereja dan bisa tahan menghadapi kemunafikan orang-orang Krtisten. Ia merasa memperoleh ilham yang jitu, dan menjawab, “Satu-satunya orang munafik yang perlu saya cemaskan pada hari Minggu pagi adalah diri saya sendiri.” Kathleen mengelakkan kecenderungan untuk mempersalahkan orang lain, dan memilih untuk berintrospeksi diri.

Sifat manusia si “anak sulung” cenderung gampang melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Ia dapat melihat dan menghakimi pelanggaran orang lain, tetapi buta terhadap pelanggarannya sendiri. Ketika dirinya yang melakukan pelanggaran, ia segera sibuk menuding orang lain sebagai penyebab pelanggarannya itu.Itulah sebabnya ketika ada “pendosa” yang bertobat dan kemudian mendapat pengasihan Tuhan, si anak sulung protes, “Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku,” (ay.29), begitu protes si sulung kepada ayahnya. Tidak tulus, bersungut-sungut, dan tentu saja itu juga dosa.

Perumpaman “anak yang hilang” melalui nas ini hendak mengajarkan kepada kita tentang suatu kebenaran rohani, menggambarkan betapa kasih bapa terhadap anak-anaknya, bahwa kasih Allah itu tidak terbatas! Perhatian Allah yang tulus, bukan hanya kepada orang berdosa tetapi juga kepada anak-Nya yang taat. Karena itu, entah kita sebagai si bungsu atau si sulung, kita ini tetap si anak yang hilang. Tidakkah kita rindu kembali kepada Bapa? AMIN!

Kamis, 31 Oktober 2013

PENTINGNYA HIKMAT DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA

PENTINGNYA HIKMAT DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA (Kamis, 31 Oktober 2013)

Amsal 13:1-25

Di suatu sore hari pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang masih muda yang baru saja diwisuda akan kelulusannya pada perguruan tinggi ternama di kota itu. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Saat mereka berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya, “Nak, apakah benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak. Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras. “Itu burung gagak, Ayah!”

Tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika. Tidak lama kemudian, sang ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada sang ayah,“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama.

Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. “Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan???? Itu burung gagak Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah. Kemudian si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama. Sambil menunjuk pada suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,”.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. “Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.” Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara, “Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu” Lalu si anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa yg telah ia perbuat. (Dikutip dari Cerita Motivasi Tetang Kesabaran: Ayah, Anak dan Burung Gagak).

Kitab Amsal 13:1-25 ini berisi pengajaran hikmat bersifat teknis dan praktis, yang didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Hikmat dibutuhkan dalam rangka penguasaan reaksi emosional seseorang (passions) supaya prinsip, pertimbangan, pengetahuan universal yang pada gilirannya dapat menentukan tindakan seseorang. Saudara, dalam hidup ini, kesabaran adalah salah satu point penting untuk meraih kesuksesan. Anda ingin sukses dalam pendidikan, maka sabarlah dalam belajar. Cernalah pelajaran satu demi satu. Ingin sukses dalam berkarir, bersabarlah dalam menyumbangkan yang terbaik. Ingin sukses dalam kehidupan dunia agar berhadiahkan surga? maka bersabarlah dalam mentaati perintah Allah dan bersabar dalam beribadah kepadaNya. Amin.

(Pdt. Kristinus Unting)
PENTINGNYA HIKMAT DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA (Kamis, 31 Oktober 2013)

Amsal 13:1-25

Di suatu sore hari pada suatu desa kecil, ada seorang yang sudah tua duduk bersama anak nya yang masih muda yang baru saja diwisuda akan kelulusannya pada perguruan tinggi ternama di kota itu. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Saat mereka berbincang-bincang, datang seekor burung hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menuding jari ke arah burung itu sambil bertanya, “Nak, apakah benda hitam itu?” “Burung gagak”, jawab si anak. Ayah mengangguk-anggukkan kepala, namun tak berapa lama kemudian, ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras. “Itu burung gagak, Ayah!”

Tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika. Tidak lama kemudian, sang ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada sang ayah,“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama.

Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. “Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan???? Itu burung gagak Ayah….., burung gagak”, kata si anak dengan nada yang begitu marah. Kemudian si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.Kemudian si ayah keluar dengan sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah sebuah diary lama. Sambil menunjuk pada suatu lembaran pada buku si ayah berkata, “Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,”.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. “Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “Ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Burung gagak.” Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara, “Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa anakku. Asahlah kesabaranmu. karena itu adalah salah satu kunci meraih suksesmu” Lalu si anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta maaf atas apa yg telah ia perbuat. (Dikutip dari Cerita Motivasi Tetang Kesabaran: Ayah, Anak dan Burung Gagak).

Kitab Amsal 13:1-25 ini berisi pengajaran hikmat bersifat teknis dan praktis, yang didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Hikmat dibutuhkan dalam rangka penguasaan reaksi emosional seseorang (passions) supaya prinsip, pertimbangan, pengetahuan universal yang pada gilirannya dapat menentukan tindakan seseorang. Saudara, dalam hidup ini, kesabaran adalah salah satu point penting untuk meraih kesuksesan. Anda ingin sukses dalam pendidikan, maka sabarlah dalam belajar. Cernalah pelajaran satu demi satu. Ingin sukses dalam berkarir, bersabarlah dalam menyumbangkan yang terbaik. Ingin sukses dalam kehidupan dunia agar berhadiahkan surga? maka bersabarlah dalam mentaati perintah Allah dan bersabar dalam beribadah kepadaNya. Amin.

(Pdt. Kristinus Unting)

Selasa, 29 Oktober 2013

DAMPAK NEGATIF PERKAWINAN BEDA KEYAKINAN

DAMPAK NEGATIF PERKAWINAN BEDA KEYAKINAN (Rabu, 30 Oktober 2013)

Ezra 10:1-44

Perkawinan campur dalam kenyataannya memang banyak dampak negatifnya. Apa dampak negativ dan bahaya kawin campur itu sebenarnya? Bagaimana pandangan Alkitab tentang hal ini? Saudara, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa terang dan gelap tidak dapat bersatu. Kalau bersatu akan jadi abu -abu alias tidak jelas. Pernikahan pertama terjadi di taman eden antara pria dan wanita yang dimaksud menjadi satu daging bukan hanya secara jasmani alias sex, tapi juga dalam pengertian satu iman, satu tujuan. Jadi keduanya harus satu agama atau keyakian. Apa dampak negatif kawin campur? Ini yang sangat jelas! Anak -anak keturunannya akan mengalami kebingungan karena ada dua agama atau kepercayaan dalam satu keluarga!

Tentu saja hal demikian menyebabkan mereka tidak mendapatkan pendidikan moral secara benar. Sebagai akibatnya maka akan timbul kerawanan dalam diri anak. Agama yang mana yang aku ikuti? Agama papa atau agama mama yang akan di ikuti? Hal ini juga sering menimbulkan keributan dalam keluarga yang ahirnya dapat memicu terjadinya perceraian. Biasanya jika hal itu terjadi maka akhirnya yang menjadi tentulah pada anak juga.

Karena itu pasti ada ketidakcocokan dan Firman Tuhan sebagai pemersatunya. Ketidakcocokannya tidak bisa dipersatukan kan. Bisa dibayangkan kalau menikah dengan bukan anak Tuhan. Oh….., pasti beda banget… Pada hakikatnya di dalam perkawinan, suami-istri bersama-sama berupaya untuk mewujudkan persekutuan hidup dan cinta kasih dalam semua aspek dan dimensinya: personal-manusiawi dan spiritual-religius sekaligus. Dalam soal perkawinan, ada dua faktor penting yang menjadi norma kehidupan sebagai umat Tuhan.

Hal yang pertama adalah adalah soal iman. Iman adalah suatu nilai yang amat tinggi, yang perlu dilindungi dengan cinta dan bakti. Iman adalah sebuah norma moral dasar yang perlu diindahkan, yakni bahwa setiap orang dilarang melakukan sesuatu yang membahayakan imannya. Agar persekutuan semacam itu bisa dicapai dengan lebih mudah, maka Allah menghendaki agar umatnya memilih pasangan yang seiman, mengingat bahwa iman berpengaruh sangat kuat terhadap kesatuan lahir-batin suami-istri, pendidikan anak dan kesejahteraan keluarga.

Hal yang kedua dalam perkawinan adalah soal kasih. Kasih yang selalu terikat pada pribadi. Banyak calon pasangan sungguh tidak siap memasuki hidup perkawinan dan keluarga. Kaum muda perlu mempersiapan hidup perkawinan sejak dini. Perlu memahami apa itu tujuan perkawinan, sifat-sifat hakiki perkawinan Kristen. Perlu juga mengetahui halangan-halangan perkawinan, dan sebagainya. Karena itu hendaknya kaum muda lebih memahami makna, hakikat, dan tujuan perkawinan itu sesungguhnya, serta mempersiapkan diri ke arah itu dengan lebih baik. Dan tentu saja, urusan pasangan hidup, kiranya tetap tekun memohon kasih karunia Tuhan. Amin!

(Pdt.Kristinus Unting)

Senin, 28 Oktober 2013

CONDONGKANLAH HATI KEPADA ALLAH

CONDONGKANLAH HATI KEPADA ALLAH (Selasa, 29 Oktober 2013)

Yosua 2:1-16

Nas ini adalah bagian akhir dari pidato Yosua yang kaya dengan banyak pelajaran hidup sebagai orang-orang beriman. Di bagian awal dari pidato Yosua, umat pilihan diajak untuk meyakini kehadiran Allah dalam sejarah hidup bangsa Israel. Kemudian melalui seruan Yosua agar umat beribadah dan hidup takut akan Tuhan. Yosua memilih untuk tetap beribadah kepada Tuhan bahkan jika seluruh umat Israel memilih meninggalkan Tuhan (ay.6).

Di sini Yosua mempersilahkan umat untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri sesudah banyak mengungkap fakta kebaikan Tuhan. Ya, sebuah peringatan kepada umat Israel sekaligus ajakan untuk mengingat kembali tindakan-tindakan Tuhan yang terkait erat dengan umatNya. Kesetiaan dan ketetapan hati umat untuk memilih setia beribadah pada Allah (ay.7), harus diwujud nyatakan aturannya dalam tindakan dan ketetapan membuang semua ilah lain (12-13).

Dalam pidatonya, Yosua menuntut perubahan (terutama dalam ay. 12) agar “menjauhkan” diri dari allah asing dan “mencondongkan” hatinya kepada Tuhan. Dua kata kerja aktif yang berlawanan satu sama lain, yaitu ‘jauhkanlah’ dan ‘condongkanlah’. Hal ini menekankan bahwa tidak cukup hanya sebuah komitmen yang bagus tetapi minim usaha. Perlu ada usaha merealisasikan apa yang menjadi komitmen kita. Apalah arti komitmen jika tidak ada perubahan.

Saudara, “menjauhkan” diri dari allah asing dan “mencondongkan” hati kepada Tuhan juga menjadi panggilan kepada kita saat ini (ay.14). Kita diajak untuk merenungkan hubungan yang erat antara tingkat kepercayaan seseorang kepada Tuhan dengan kesediaan orang tersebut untuk takut akan Tuhan dan beribadah kepadaNya, maka di bagian penutup ini kita diajak untuk memiliki komitmen yang berkualitas di hadapan Tuhan dan terus membangunnya sebagai wujud respon kita akan kuasa dan kasih setia Tuhan dalam sepanjang perjalanan hidup kita. Amin!

(Pdt.Kristinus Unting)

Minggu, 27 Oktober 2013

Diperbaharui untuk Memperbaharui

Refleksi Tema: Diperbaharui untuk Memperbaharui
Kolose 3:10
“dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;”

Kota Kolose adalah kota kecil yang terletak di sebelah timur kota Efesus. Paulus melihat bahwa di dalam jemaat ini ada juga guru-guru yang mengajarkan ajaran yang lain. Oleh karena itu Paulus mengajarkan bahwa Yesus Kristus sanggup memberikan keselamatan yang sempurna dan tidak bergantung pada ajaran-ajaran mengenai hal-hal yang lahiriah. Di dalam surat ini juga dijelaskan bagaimana seharusnya sikap hidup orang kristen sebagai manusia yang baru. Karena Allah tidak membedakan baik orang Yunani dan orang Yahudi, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
Paulus menjelaskan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru. Ketika seseorang percaya kepada Kristus, ia diberikan kuasa untuk menjadi anak Allah. Ketika kita menjadi anak Allah kita adalah ciptaan baru. Di dalam pasal ini Paulus menekankan aspek-aspek kehidupan dari manusia baru. Di dalam ayat 5 dikatakan bahwa manusia baru harus meninggalkan segala sesuatu yang duniawi seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala. Selanjutnya di dalam ayat 8 dikatakan juga bahwa manusia baru harus meninggalkan amarah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut. Begitu juga dalam ayat 9, Paulus menambahkan bahwa sebagai manusia baru harus meninggalkan perbuatan dan sikap saling mendustai. Karena kata Paulus, kita telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya (ayat 10). Selanjutnya, di dalam ayat 11, rasul Paulus mengatakan bahwa tidak ada lagi orang Yahudi maupun orang Yunani. Paulus menekankan bahwa ketika kita menjadi manusia baru, kita tidak lagi membeda-bedakan orang. Hal inilah yang menjadi pergulmulan jemaat di Kolose. Jemaat di Kolose adalah jemaat yang beragam, ada orang Yahudi dan ada orang Yunani. Seringkali orang Yahudi menganggap diri mereka istimewa karena mereka berpikir bahwa mereka adalah umat pilihan Allah sehingga mereka mengganggap rendah orang Yunani. Inilah yang dikritik oleh Rasul Paulus bagi jemaat Kolose ini.
Di dalam perikop ini, Rasul Paulus menekankan bahwa sebagai manusia baru kita harus meninggalkan perbuatan-perbuatan yang duniawi. Kita telah meninggalkan manusia lama dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya yaitu kita harus Mengenakan:
1. Mengenakan Manusia Baru

● Manusia Baru
Rasul Paulus mengatakan bahwa barangsiapa yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru yang lama telah berlalu sesungguhnya yang baru telah datang. Ketika kita pecaya kepada Kristus, ketika kita melakukan kehendak Allah kita adalah manusia baru. Rasul Yohanes juga mengatakan dalam Injil Yohanes 1:12 bahwa barangsiapa yang percaya kepada Allah diberi kuasa menjadi anak Allah. Ketika kita menjadi Anak Allah, kita adalah ciptaan baru, kita adalah manusia baru.
● Terus-menerus diperbaharui
Di dalam kata “terus-menerus” terkandung makna proses, kelanjutan, tidak berhenti. Allah ingin memproses kita. Allah ingin memperbaharui kehidupan kita secara kontinyu, berkelanjutan, terus-menerus.

● Untuk memperoleh pengetahuan yang benar
Jikalau kita bandingkan dengan antara Alkitab bahasa Indonesia LAI dengan alkitab bahasa Inggris Today English Version. Alkitab bahasa Indonesia mengatakan : pengetahuan yang benar. Alkitab Bahasa Inggris mengatakan bahwa “full of knowledge” (pengetahuan yang penuh).
Contoh mengenai bangsa Israel ini merefleksikan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” Amin...

JANJI TUHAN KEPADA UMAT YANG SETIA

JANJI TUHAN KEPADA UMAT YANG SETIA (Senin, 28 Oktober 2013)

Ulangan 26:16-19

Dalam nas ini, Musa menantang umat Israel untuk mengikrarkan ulang komitmen mereka untuk setia kepada Tuhan, sama seperti ikrar orang tua mereka dengan TUHAN di Sinai empat puluh tahun silam (Kel. 19-24). Tuhan akan menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat Tuhan, asal Israel menepati perintah-perintah Tuhan. Bila mereka setia dan taat kepada Tuhan, maka kepemilikan penuh atas tanah perjanjian itu akan terwujud. Meski banyak musuh yang berusaha mengalahkan mereka, sepanjang umat setia kepada Tuhan maka tak ada satu musuh pun yang dapat mengalahkan mereka. Telah terbukti bahwa Allah menggenapi janji-Nya kepada Israel, meski hal itu memakan waktu lama karena semua itu terjadi berdasarkan waktu Tuhan sendiri. Oleh karena itu diperlukan kesetiaan untuk menantikan saatnya tiba. Lalu bagaimana kita menantikan penggenapan janji Tuhan?

Pertama, percayalah kepada Tuhan, sang Pemberi janji. Sebuah janji tidak bermakna apa-apa jika sang pemberi janji bukanlah pribadi yang layak dipercaya. Belajarlah untuk melihat penggenapan janji Tuhan lewat cara dan waktu-Nya. Hal yang sering membuat kita tidak sabar menantikan janji Tuhan adalah karena kita ingin janji itu digenapi lewat cara dan waku kita, bukan lewat cara dan waktu-Nya. Maka belajarlah untuk mempercayai janji-Nya dan percaya bahwa cara dan waktu-Nya selalu yang terbaik bagi kita. Dan dalam penantian akan penggenapan janji itu, latihlah diri untuk selalu taat akan firmanNya.

Kedua, bersandarlah kepada kehendak Tuhan, bukan kepada pengertian diri sendiri. Pada waktu kita bersandar pada pengertian kita sendiri, maka sebenarnya kita sedang tidak mempercayai Tuhan sama sekali. Kita ijinkan pikiran kita mengontrol kita, dan akibatnya kita menikmati buahnya; yaitu kehidupan yang frustasi, bingung dan kacau. Banyak orang Kristen hidup seperti ini. Setiap kali menghadapi tantangan, secara otomatis dia membuat pertimbangan; akibatnya hidupnya penuh dengan kemarahan, emosionil dan mudah tersinggung.

Ketiga, berjalanlah terus-menerus sesuai dengan rencana Tuhan. Ketika kita percaya kepada Tuhan maka kita sedang menuju penggenapan janji Tuhan. Kita perlu terus-menerus belajar berjalan sesuai dengan rencana Tuhan dan bukan pendapat kita sendiri. Berhentilah mengatasi situasi kita dengan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya percayalah kepada Tuhan! Yang Tuhan kehendaki dari kita adalah ketaatan kita. Amin!

HIDUP DALAM KASIH KARUNIA ALLAH

HIDUP DALAM KASIH KARUNIA ALLAH
  (I Korintus 6:1-10)

Khotbah Minggu 27-10-2013

Dalam kehidupan ini sebagai anak-anak Tuhan pasti kita memiliki kebangaan-kebangan yang membuat kita merasa banga dengan apa yang di miliki. Terkadang sebagai orang Kristen kita kurang bersyukur atas kasih Karunia yang Allah beri dalam dalam hidup ini. tapi mala sebaliknya kita menonjolkan ke egoan kita. Seberapa banyak kita yang bersyukur atas kasih karunia yang Allah beri dalam hidup kita ini. Megapa Kita kurang Bersyukur? kerena kita belum memaknai akan arti hidup dalam kasih karunia itu sendiri.

Sebagai orang percaya seharusnya kita yakin bahwa siapa yang ada dala Kristus akan memiliki nilai hidup yang membawa kepada perubahan hidup.  Kita juga di berikan kuasa oleh Allah untuk mewartakan Damai sejahtera. Makanya kebangaan yang kita miliki sehrusnya selaras dengan nilai-nilai Kekristen.
 
Alkitab memberikan penjelasan kepada kita bahwa kerajaan Allah berkaitan dengan kedamaian, sukacita melalui pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Janganlah kita berbanga karena kekayaan, prestasi, dan keksuksesan, tetapi kita tidak pernah memperluas kerejaan Allah, ini bukan berarti kita tidak boleh kaya, sukses terkenal tetapi ingat bahwa, identitas kita bukan dibangun melalui semuanya itu.

Paulus meningatkan Jemaat di Korintus bahwa sebagai teman sekerja Allah, seharusnya mereka bisa bekerja sama dalam mengembangkan pelayanan. sebagai orang percaya kita alah rekan sekerja  Allah atau timwork untuk memberitakan  kerajaan Allah, oleh sebab itu di dalamnya perlu ada kerja sama dan kekompakan didalam mengembangkan pelayanan yang di percayakan kepada kita melalui GKE. Bukan saja Paulus mengingatkan jemaat di Koritus tapi Paulus juga menasehati agar jemaat tidak menyia-nyiakan hidup dalam karunia Allah. ketika kita mengaku Sebagai orang percaya, maka kita harus memiliki  sifat kerja yang aktif di dalam kita mengikuti Tuhan.

Paulus mengajarkan kepada kita bahwa Konsep mengenai hidup dalam kasih karunia Allah adalah bahwa kita bisa berespon kepada anugerah itu dengan hidup berarti di hadapan Allah, bukan hanya bersyukur atas kasih karunia Allah tapi harus mengisi hidup kita yang sudah di tebus dan hidup tersebut harus menghasilkan perubahan.

Jangan kita mengaku percaya kepada Kristus tetapi kita tidak membuktikan iman kita dalam hidup sehari-hari. Jangan kita beranggapan bahwa hal-hal yang bersifat rohani itu selalu berkaitan dengan Gereja saja. tapi tidak berkaitan dengan keluarga, studi dan pekerjaan. seharusnya baik dirumah, sekolah dan kantor itu memiliki nilai ibadah di hadapan Tuhan. oleh karena itu  apapun yang kita lakukan semuanya akan dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. makanya Paulus meningatkan kita agar tidak menyia-nyiakan anugerah itu..hidup dalam kasih karunia Allah akan menolong kita untuk hidup benar di hadapan Tuhan.

nah...mengapa kita harus Hidup Dalam Kasih Karunia Allah?

1. Karena kita adalah cipataan Baru di dalam Kristus.

kita menjadi orang Kristen bukan karena keturunan atau karena kekristenan itu cocok dengan kita tetapi kekristenan itu bukan berasal dari bawah tapi dari atas karena Allah Roh Kudus melahirbarukan kita.. karena itu mari kita tujukan hidup yang berkualitas sebagai orang percaya. salah satunya adalah memiliki arah hidup yang baru karena kita dibaharui oleh Kristus. arah hidup baru adalah karya Roh Kudus yang di karuniakan kepada orang percaya sehingga kita memiliki kualitas yang benar-benar baru. oleh karena itu mari kita terus berjuang terus menampakan status kita sebagai ciptaan baru.

II. karena kita diperbaharui oleh Tuhan

disinilah kita benar-benar hidup didalam meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama kita untuk tidak menyia-nyiakan anugerah Tuhan. dari sini kita hidup dari anugerah oleh anugerah, bukan hanya besyukur karena sudah menerima tetapi juga menyatakan anugerah itu diseluruh hdup kita...orang Kristen bisa berubah karena karena Firman Tuhan yang di baca setiap hari yang menyelidiki hati dan pikiran kita. karena itu kita perlu masuk dalam kuasa Firman Tuhan untuk memiliki perubahan Hidup.

III. Firman Tuhan memotivasi kita untuk hidup dalam iman.

kehidupan iman kita bukan karena kita melihat tetapi karena percaya kepada Kristus. jadi karena kita bertumbuh iman kita karena membaca dan merungkan Firman Tuhan. Iman kita bukan di bangun karena dasar melihat, perasaan beriman, atau punya pengalaman menjadi orang Kristen tetapi karena memahami Firman Tuhan, mentaati Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan. orang kristen sejati tidak mungkin hidup tanpa iman..tetapi hidup di dalam iman yang memimpin kepada iman.

IV. kerena memaknai arti berbagi dengan sesama

orang percaya yang sudah hidup dalam kasih karunia maka dia akan mau berbagi dengan orang lain, mari kita hidup berbagai dengan ketulusan, kejujuran, kebaikan dan kesalehan kita.. apalah arti kita memiliki  segalanya tapi kita miskin di dalam berbagi dengan sesama...

Dengan memaknai hari reformasi maka kita di tuntut  sebagai bapak-bapak GKE untuk hidup dalam kasih karuania Allah yang terus menerus memperbahurui hidup kita, keluarga dan Gereja baik itu melalui pelayanan di dalam kita melayani sesama. jadi makna hari Reformasi ini adalah pembaharuan sikap bapak dalam menjadi agen pembaharuan.....Amin

.SELAMAT MERAYAKAN HARI REFORMASI 2013
BAGI BAPAK - BAPAK  GKE