SYALOM

SYALOM..KARENA BAGIKU HIDUP ADALAH KRISTUS DAN MATI ADALAH KEUNTUNGAN (FILIPI. 1:21)

Kamis, 24 Oktober 2013

Iman yang Berlandaskan Pada Kasih Allah


Iman yang Berlandaskan Pada Kasih Allah
Roma 8:31 - 39 
Pendahuluan:
Cinta merupakan kebutuhan mutlak yang membuat kepercayaan kita menjadi hidup, memberikan dorongan dan keberanian yang besar untuk melakukan sesuatu. Cinta, yang dijadikan landasan iman, haruslah kembali kepada objek cinta yang sejati. Ketika kita kembali kepada cinta yang sejati, maka seluruh iman kita tidaklah dapat bergeser lagi, dan menjadi kekuatan bagi kita sehingga seluruh perjuangan kita tidaklah mencelakakan kita.
Paulus semula begitu fanatik dan bersemangat memperjuangkan kepercayaannya, tetapi akhirnya semua yang dikerjakannya justru menghancurkan dia. Dalam perjalanannya ke Damsyik, Tuhan memukul dia sehingga dia menjadi sadar bahwa apa yang selama ini begitu dia cintai dan dia perjuangkan adalah sesuatu yang salah. Kalau Tuhan membiarkan dia sampai habis maka dia tidak akan punya kesempatan untuk berbalik. Paulus begitu bersyukur atas hajaran Tuhan.
Kemenangan kita bukanlah karena kehebatan kita melainkan karena disandarkan pada kasih Allah. Allah yang mengasihi kita membuat kita menjadi terjamin untuk menjadi orang yang lebih daripada pemenang. Sebegitu mudahkah kalimat diatas? Di tengah dunia ini kasih justru membuat kita menjadi orang yang kalah bahkan habis. Kasih di dunia ini, jika ditelusuri secara mendalam dalam terang Firman Tuhan, bukanlah kasih yang sesungguhnya.  Nah bagaimana Iman yang berlandaskan pada kasih Allah hanya ada satu-satunya dalam iman kekristenan. Ada 3 alasan dasar yang menjadikan kasih Allah layak sebagai landasan iman kita yaitu:
1) Allah adalah Kasih.
Kasih di tengah dunia hanyalah berupa atribut/ kata sifat, maka manusia bukanlah cinta itu sendiri. Allah yang sejati tidak hanya memiliki kasih tetapi Allah adalah Kasih itu sendiri. Konsep ini begitu besar dan tidak boleh dibalik menjadi: Kasih adalah Allah. Kasih manusia bisa berubah tanpa mengubah pribadi manusia. Kasih Allah adalah natur dari Allah, jika kasih tersebut berubah maka Diri Allah juga berubah.
Cinta  tidaklah bisa dijadikan landasan pernikahan karena cinta manusia tidaklah bisa stabil. Landasan pernikahan yang benar adalah sebagai perwakilan yaitu mewakili hubungan antara Kristus dengan jemaat. Hubungan Kristus dengan jemaat tidaklah bisa bergeser karena bersifat kekal. Maka dari itu kita sebagai manusia yang harus terus mencocokkan diri dengan yang asli. Kekuatan kekekalan inilah yang menjadi dasar yang tidak bisa bergeser.
Ketika manusia tidak kembali kepada Allah, maka seluruh kata kasih yang dipakainya adalah kosong belaka dan bersifat manipulatif. Adalah hal yang dahsyat jika kita kembali kepada kasih Allah. Hanya dengan Allah yang adalah Kasih itulah manusia baru dapat mengerti kasih dan bisa mengalami kasih sehingga bisa menjalankan kasih.
2) Kasih Allah bersifat ultimat.
Allah mencintai manusia bukan hanya karena Dia adalah Kasih tetapi juga karena Dia telah mempraktekkan kasih dengan dahsyat yang tidak bisa dibandingkan dengan cinta yang lain di dunia ini. Kasih Allah bukan hanya besar tetapi besar sekali sampai tidak terkatakan karena Allah merencanakan suatu perencanaan penyelamatan manusia, beribu tahun mempersiapkannya, mengatur dan melibatkan begitu banyak pihak untuk menggenapi rencanaNya tersebut. Dan bukan hanya itu, Dia juga memberikan AnakNya yang tunggal, satu-satunya yang Dia kasihi.
Pikiran manusia berdosa adalah: mengapa Allah tidak berkorban sendiri tetapi justru mengorbankan AnakNya? Saya semula juga tidak mengerti akan hal ini, tetapi setelah saya menikah dan punya anak, saya menjadi mengerti. Ketika melihat anak saya sakit/ menderita saya ingin sekali dapat menggantikan posisinya untuk menderita, saya lebih tidak bisa tahan melihat anak saya menderita daripada jika saya sendiri yang menderita, karena saya mencintai anak saya. Adalah hal yang dahsyat jika Allah memberikan AnakNya yang tunggal yang begitu dikasihiNya!
Itulah sebabnya Paulus bisa mengeluarkan suatu pernyataan yang begitu dahsyat yaitu: Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Inilah landasan iman yang sangat dahsyat. Adakah lagi yang bisa menjadikan kita tidak bisa percaya?
Untuk bisa ikut Allah yang demikian tidaklah bisa atas kemauan kita sendiri. Roma 8:33 mengatakan bahwa hanya orang-orang pilihan Allah saja. Karena Allah yang memilih kita maka kita bisa menjadi hebat. Kalau kita yang memilih Allah maka suatu hari nanti Dia bisa menjadi musuh kita tetapi sebaliknya kalau Allah yang memilih kita maka Dia tidak akan menjadi musuh kita. Allah mengasihi kita atas dasar inisiatif Allah sendiri.
Kasih Allah adalah dari dalam ke luar, bukan sebaliknya. Beberapa waktu terakhir ini banyak pemberitaan mengenai banyaknya wanita Inggris yang masuk menjadi penganut agama Islam, dan alasan yang mereka kemukakan adalah: agama Islam sangatlah membela umat sehingga mereka merasa lebih aman jika berada di dalamnya. Hampir semua kelompok yang demikian, yang membela di luar sedemikian, ketika orang masuk ke dalamnya justru menjadi korban penganiayaan. Bagian luar dibuat semenarik mungkin untuk menjadi daya tarik demi memenuhi nafsu yang ada di dalamnya. Tuhan Yesus  mengerjakan banyak hal yang tidak menjadi daya tarik di bagian luarnya, karena cintaNya adalah menggarap dari dalam/ mengerjakan sesuatu yang bersifat esensial. Allah mengorbankan AnakNya merupakan manifestasi cinta yang begitu agung yang tidak bisa dimengerti oleh manusia dan itulah cara Dia untuk membawa AnakNya kepada kemuliaan yang sangat besar.
3)     KasihNya tidak bersyarat.
Dunia mau mencintai selama yang dicintai dapat menguntungkan dirinya. Tuhan mencintai manusia justru ketika manusia tidak dapat memberikan keuntungan bagi Dia dan tidak ada apa-apa dalam diri manusia yang layak untuk dicintai. Cinta yang demikian adalah cinta yang tidak bersyarat. Madonna, seorang artis, pernah mengatakan bahwa untuk mencintai tanpa syarat diperlukan keberanian yang sangat besar, karena berarti membuka hati untuk dilukai. Itulah yang justru dilakukan oleh Tuhan Yesus. Cinta yang tanpa syarat inilah yang layak untuk dijadikan landasan karena cinta yang demikian sudah tidak akan berubah dan terus berjalan secara absolut.
Kita ini tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan, kita telanjang di hadapan Allah, dan hanya karena anugerah Tuhanlah kita bisa terus berjalan. Prinsip inilah yang menjadikan kita bisa memiliki landasan yang kokoh. Roma 8:38-39 menegaskan hal ini.
Iman kita berlandaskan kepada cinta yang adalah DiriNya Allah sendiri, yang dilaksanakanNya dengan begitu dahsyat dan diberikanNya kepada manusia yang tidak layak menerimanya. Adakah hal lain di dunia ini yang bisa membuat kita membuang cinta Tuhan yang sedemikian dan menggeser iman kita dari Tuhan? Di tengah-tengah zaman yang seperti ini, marilah kita membangun kualitas iman kita berdasarkan anugerah cinta Tuhan, dan itulah yang kita bawa untuk memenangkan banyak jiwa. Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar